Laman

Selasa, 29 Mei 2012

PEMUDA DAN GADIS SUCI

Ada seorang pemuda bernama Tsabit bin Ibrahim. Ketika ia melewati jalan setapak di samping sebuah kebun, tiba-tiba sebuah apel jatuh dari pohonnya. Tsabit mengambil dan memakannya separuh. Tidak lama, ia menyadari apel itu bahwa apel itu bukan miliknya.
Tsabit masuk ke kebun dan menemui seseorang di sana.Ia meminta agar direlakan apel yang telah dimakannya. Namun tukang kebun itu bukanlah pemiliknya.Pemilik kebun itu tinggal di tempat yang sangat jauh. Setelah mengetahui arah rumah sang pemilik kebun, Tsabit pun memutuskan untuk pergi ke sana.
Sesampainya di rumah sang pemilik kebun, Tsabit pun memperkenlkan diri dan memintakan keikhlasan atas apel yang telah dimakannya. Pemilik kebun itu merasa kagum dengan kejujuran Tsabit.
"Aku akan mengikhlaskan apel itu dengan satu syarat. Engkau harus menikahi putriku," kata si pemilik kebun. Tsabit pun menyetujuinya.
"Akan tetapi ia buta, tuli, bisu, dan tidak bisa berjalan." Kata si pemilik kebun melanjutkan. Tsabit tak menolaknya. Ia tetap menyetujuinya karena ingin mencari keridhaan Allah.
Setelah menikah, Tsabit menemui istrinya. Ia terkejut karena istrinya tidak seperti yang diceritakan ayahnya. Istrinya adalah seorang yang cantik, tidak buta, tidak bisu, dan tidak cacat. Melihat keherana Tsabit, istrinya pun menjelaskan, "aku buta dari hal-hal yang diharamkan Allah, aku tuli dari suara-suara yang tidak diridhai Allah, aku bisu karena hanya menggunakan lidahku untuk berdzikir, aku cacat karena kakiku ini hanya digunakan untuk melangkah ke tempat yang diridhai Allah."Akhirnya mereka hidup bersama dalam ketaatan pada Allah SWT. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang kemudian menjadi seorang imam dan terkenal dengan nama Imam Abu Hanifah.
Allah menyukai orang-orang yang selalu menjaga kesucian dirinya untuk mendapatkan ridha-Nya.

Kisah Cinta Sejati "Catatan Buku Cokelat"

Lima tahun usia pernikahanku dengan Ellen sungguh masa yang sulit. Semakin hari semakin tidak ada kecocokan diantara kami. Kami bertengkar karena hal-hal kecil. Karena Ellen lambat membukakan pagar saat aku pulang kantor. Karena meja sudut di ruang keluarga yang ia beli tanpa membicarakannya denganku, bagiku itu hanya membuang uang saja.
Hari ini, 27 Agustus adalah ulang tahun Ellen. Kami bertengkar pagi ini karena Ellen kesiangan membangunkanku. Aku kesal dan tak mengucapkan selamat ulang tahun padanya, kecupan di keningnya yang biasa kulakukan di hari ulang tahunnya tak mau kulakukan. Malam sekitar pukul 7, Ellen sudah 3 kali menghubungiku untuk memintaku segera pulang dan makan malam bersamanya, tentu saja permintaannya tidak kuhiraukan.
Jam menunjukkan pukul 10 malam, aku merapikan meja kerjaku dan beranjak pulang. Hujan turun sangat deras, sudah larut malam tapi jalan di tengah kota Jakarta masih saja macet, aku benar-benar dibuat kesal oleh keadaan. Membayangkan pulang dan bertemu dengan Ellen membuatku semakin kesal! Akhirnya aku sampai juga di rumah pukul 12 malam, dua jam perjalanan kutempuh yang biasanya aku hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai di rumah.
Kulihat Ellen tertidur di sofa ruang keluarga. Sempat aku berhenti di hadapannya dan memandang wajahnya. “Ia sungguh cantik” kataku dalam hati, “Wanita yang menjalin hubungan denganku selama 7 tahun sejak duduk di bangku SMA yang kini telah kunikahi selama 5 tahun, tetap saja cantik”. Aku menghela nafas dan meninggalkannya pergi, aku ingat kalau aku sedang kesal sekali dengannya.
Aku langsung masuk ke kamar. Di meja rias istriku kulihat buku itu, buku coklat tebal yang dimiliki oleh istriku. Bertahun-tahun Ellen menulis cerita hidupnya pada buku coklat itu. Sejak sebelum menikah, tak pernah ia ijinkan aku membukanya. Inilah saatnya! Aku tak mempedulikan Ellen, kuraih buku coklat itu dan kubuka halaman demi halaman secara acak.
14 Februari 1996. Terima kasih Tuhan atas pemberianMu yang berarti bagiku, Vincent, pacar pertamaku yang akan menjadi pacar terakhirku.
Hmm… aku tersenyum, Ellen yakin sekali kalau aku yang akan menjadi suaminya.
6 September 2001, Tak sengaja kulihat Vincent makan malam dengan wanita lain sambil tertawa mesra. Tuhan, aku mohon agar Vincent tidak pindah ke lain hati.
Jantungku serasa mau berhenti…
23 Oktober 2001, Aku menemukan surat ucapan terima kasih untuk Vincent, atas candle light dinner di hari ulang tahun seorang wanita dengan nama Melly. Siapakah dia Tuhan? Bukakanlah mataku untuk apa yang Kau kehendaki agar aku ketahui…
Jantungku benar-benar mau berhenti. Melly, wanita yang sempat dekat denganku disaat usia hubunganku dengan Ellen telah mencapai 5 tahun.
Melly, yang karenanya aku hampir saja mau memutuskan hubunganku dengan Ellen karena kejenuhanku. Aku telah memutuskan untuk tidak bertemu dengan Melly lagi setelah dekat dengannya selama 4 bulan, dan memutuskan untuk tetap setia kepada Ellen. Aku sungguh tak menduga kalau Ellen mengetahui hubunganku dengan Melly.
4 Januari 2002, Aku dihampiri wanita bernama Melly, Ia menghinaku dan mengatakan Vincent telah selingkuh dengannya. Tuhan, beri aku kekuatan yang berasal daripadaMu.
Bagaimana mungkin Ellen sekuat itu, ia tak pernah mengatakan apapun atau menangis di hadapanku setelah mengetahui aku telah menghianatinya. Aku tahu Melly, dia pasti telah membuat hati Ellen sangat terluka dengan kata-kata tajam yang keluar dari mulutnya. Nafasku sesak, tak mampu kubayangkan apa yang Ellen rasakan saat itu.
14 Februari 2002, Vincent melamarku di hari jadi kami yang ke-6. Tuhan apa yang harus kulakukan? Berikan aku tanda untuk keputusan yang harus kuambil.
14 Februari 2003, Hari minggu yang luar biasa, aku telah menjadi Nyonya Alexander Vincent Winoto. Terima kasih Tuhan!
18 Juli 2005, Pertengkaran pertama kami sebagai keluarga. Aku harap aku tak kemanisan lagi membuatkan teh untuknya. Tuhan, bantu aku agar lebih berhati-hati membuatkan teh untuk suamiku.
7 April 2006, Vincent marah padaku, aku tertidur pulas saat ia pulang kantor sehingga ia menunggu di depan rumah agak lama. Seharian aku berada mall mencari jam idaman Vincent, aku ingin membelikan jam itu di hari ulang tahunnya yang tinggal 2 hari lagi. Tuhan, beri kedamaian di hati Vincent agar ia tidak marah lagi padaku, aku tak akan tidur di sore hari lagi kalau Vincent belum pulang walaupun aku lelah.
Aku mulai menangis, Ellen mencoba membahagiakanku tapi aku malah memarahinya tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Jam itu adalah jam kesayanganku yang kupakai sampai hari ini, tak kusadari ia membelikannya dengan susah payah.
15 November 2007, Vincent butuh meja untuk menaruh kopi di ruang keluarga, dia sangat suka membaca di sudut ruang itu. Tuhan, bantu aku menabung agar aku dapat membelikan sebuah meja, hadiah Natal untuk Vincent.
Aku tak dapat lagi menahan tangisanku, Ellen tak pernah mengatakan meja itu adalah hadiah Natal untukku. Ya, ia memang membelinya di malam Natal dan menaruhnya hari itu juga di ruang keluarga.
Aku sudah tak sanggup lagi membuka halaman berikutnya. Ellen sungguh diberi kekuatan dari Tuhan untuk mencintaiku tanpa syarat. Aku berlari keluar kamar, kukecup kening Ellen dan ia terbangun… “Maafkan aku Ellen, Aku mencintaimu, Selamat ulang tahun…”

Pelajaran Bersyukur Dari Ayah...


Suatu ketika seorang Ayah dari keluarga yang sangat kaya raya bermaksud memberi pelajaran kepada anaknya agar Anaknya dapat tahu seperti apakah kehidupan orang miskin itu.
Lalu mereka pun menginap beberapa hari di rumah keluarga petani yang sangat miskin, di sebuah dusun di tepi hutan.

Dalam perjalanan pulang Sang Ayah bertanya kepada Anaknya...

Ayah : "Bagaimana perjalanan kita Nak?"
Anak : "Sangat menarik Yah..."
Ayah : "Kamu melihat bagaimana orang miskin hidup?"
Anak : "Ya Ayah"
Ayah : "Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan kita ini?"
Anak : "Yang saya pelajari......Hmm......


1. Kita memiliki satu anjing untuk menjaga rumah kita, sedangkan Mereka memiliki empat anjing untuk berburu...
2. Kita punya kolam renang kecil di taman, Mereka punya sungai yang tiada batasnya!
3. Kita punya lampu untuk menerangi taman kita, Mereka memiliki bintang yang bersinar di malam hari...
4. Kita memiliki lahan yang kecil untuk hidup, Mereka hidup bersama alam...
5. Kita punya pembantu untuk melayani kita, tapi Mereka hidup untuk melayani orang lain...
6. Kita punya pagar yang tinggi untuk melindungi kita, Mereka punya banyak teman yang saling melindungi..."

Ayah : "......" (Terhanyut kagum dan tidak bisa berkata apa-apa)

Sang Ayah tercengang diam tak menyangka akan mendengar jawaban yang keluar dari mulut Anaknya tersebut...

Lalu Sang Anak melanjutkan...
"Terima kasih Ayah, karena Ayah telah menunjukkan betapa miskinnya kita..."